Oleh: RWijaya
Terlahir di dunia merupakan sebuah anugerah yang teramat istimewa, setelah sebelumnya kita berlomba dengan jutaan calon pemenang.
Detik yang berlalu dengan sigap mengantarkan kita menjadi sang juara. Kita adalah sebaik-baik pilihan yang Allah lahirkan ke dunia.
Sejak nama kita terukir di Lauhul Mahfudz, kita bukanlah siapa-siapa. Untuk menjadi seonggok janin pun kita tidak bisa membentuk diri kita sendiri. Terlebih saat ruh kehidupan ditiupkan pada kita. Sungguh, ini bukti bahwa kita bukanlah siapa-siapa.
Kita hanya seorang hamba. Ya, hamba. Yang patut tunduk dan patuh dengan segala aturan-Nya. Itulah konsekuensi kita sebagai muslim saat menandatangani MoU dengan-Nya di alam rahim.
Seperti namanya, hamba. Yang kita kerjakan ialah menghamba saja. Menghamba dalam batas yang digariskan Pencipta dan Pengatur kita. Tanpa toleransi! Tanpa negosiasi!
Aktivitas hidup yang sunnatullah terjadi meniscayakan kita untuk berpegang pada tali agama-Nya secara menyeluruh dan sempurna, termasuk dalam tatanan hidup sosial alias pergaulan.
Serangan angin budaya barat yang semakin menguat membuat kita semakin terbawa oleh derasnya angin kebebasan yang dihembuskannya. Budaya pacaran yang semula asing ditelinga, kini menjadi hal yang lumrah alias biasa.
Lama kelamaan akan berujung pada pengaminan budaya yang rusak dan merusak itu.
Sungguh, kita bukanlah siapa-siapa. Seruan untuk saudara dan saudari muslimku. Mari kembali mendekap tuntunannya. Berpegang teguh walau angin budaya begitu kuat menghembuskan kesesatan. Janganlah risau. Yakinlah, tanpa pacaran kau akan tetap mendapatkan pasangan. Jika bukan di dunia, mungkin di surga Allah telah sediakan sesorang yang menunggu kehadiranmu.