Sabtu, Juni 11

Pelopor Kebangkitan

Oleh: RWijaya

Pemuda, tinggi dalam cita
Pemuda, harapan masa
Pemuda, khas dengan integritasnya

Kita. Ya, kitalah pemuda.
Pemuda yang kaya akan karya.
Penyambung retorika.
Mampu mewarnai dunia.

Suara kita membuat dunia musuh runtuh.
Derap langkah kita menggetarkan musuh.
Lisan kita bak pedang, membuat luruh hati musuh.

Kita -pemuda- adalah pelopor kebangkitan.
Pengusung perubahan.
Penoreh kegemilangan.
Penyongsong peradaban.

Tanpa kita, sejarah kosong, kehilangan rona.
Lumpuh dimakan usia

Gerakan #IndonesiaTanpaPacaran hadir dipelopori oleh pemuda.
Menaungi para pemuda yang menjadi penopang dibelakangnya.
Menjadikan Islam sebagai sandarannya.

Untuk mengembalikan pemuda pada titahnya.
Pemuda yang tengah terlena.
Oleh fatamorgana dunia.
Oleh semunya cinta manusia.

Mari dukung gerakan #IndonesiaTanpaPacaran.
Jadilah pemuda pelopor kebangkitan.
Bukan pemuda yang mempropagandakan kemaksiatan.

Bersama kita gapai singgasana abadi.
Di bawah naungan Ridha Ilahi.

Samarinda, 08/06/2016, 21:48

Senin, Juni 6

Tobat Hakiki

Oleh: RWijaya

Bulan Ramadhan adalah  bulan suci yang di nanti-nanti. Kehadirannya telah kita temui. Suasana keseharian akan berubah seketika, serasa lebih islami. Puasa, shalat tarawih, shalat 5 waktu di masjid, sedekah, dan amalan-amalan lainnya akan menghiasi. "Bulan beribadah" seolah menjadi nama lain dari bulan ini.

Tidak terkecuali dengan para aktivis pacaran. Mereka pun seolah menghias aktivitas pacaran mereka agar terkesan 'islami'. Sebagai penghargaan mereka atas bulan yang penuh ampunan ini.

Suasana SMS-an atau chating-an mereka seketika  berubah. Khusus di bulan ini, yang menjadi isi pesan adalah mengingatkan waktu shalat, membangunkan ketika makan sahur, janjian untuk shalat tarawih di masjid yang sama dan lain sebagainya. Ini 'islami', dalam pandangan mereka.

Pun selain menahan haus dan lapar, para aktivis pacaran juga akan 'puasa berdua-duaan'.  Walaupun ada yang berdua-duaan, akan berbeda penampakannya. Yang perempuan memakai kerudung dan yang laki-laki memakai baju koko lengkap dengan sorban di lehernya. Nongkrongnya bukan lagi di tempat gelap seperti biasanya. Tetapi di teras masjid ba'da shalat tarawih. Sekali lagi, ini 'islami' -kata mereka. Begitulah faktanya.

Sesungguhnya, aktivitas pacaran (baca: maksiat) di bulan Ramadhan maupun bulan-bulan lainnya tidaklah berbeda. Merubah suasana pacaran di bulan suci Ramadhan menjadi 'islami' tidaklah megucurkan pahala. Justru akan menambah panjang daftar dosa maksiat para aktivisnya.

Bila ingin islami, islamilah dalam ketaatan , bukan dalam kemaksiatan !

Bila ingin benar bertobat, janganlah tobat singkat. Semisal, menutup aurat secara syar'i. Tidak lantas hijab ditanggalkan selepas Bulan Ramadhan berlalu. Pun bagi yang masih berkecimpung dalam dunia pacaran,  tinggalkan aktivitas maksiat pacaran secara keseluruhan. Bukan putusan lalu lanjut TTM-an, LDR-an, atau aktivitas sejenisnya. Jauhilah segala aktivitas yang mendekatkan diri kepada perbuatan zina.

Allah Azza wa Jalla berfirman:
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al-Isra : 32)

Bila mendekati saja di larang, apalagi melakukannya.
Bila di bulan selain bulan suci Ramadhan saja aktivitas mendekati zina menuai dosa tak berkesudahan, apalagi bila dilakukan di bulan suci Ramadhan.

Teruntuk para aktivis pacaran,
Bulan suci Ramadhan memang tidak ada salahnya bila digunakan sebagai moment untuk bertobat. Hanya saja, bertobat tidaklah harus menunggu moment yang tepat.

Bertobatlah dengan sebenar-benarnya tobat sebelum terlambat!
Jangan tunggu nanti-nanti !
Jangan tunggu bulan suci !
Jangan berharap malaikat maut mau menunggumu sampai kau siap bertobat hakiki !
Manatahu esok hari, tidak lagi kau temui mentari pagi.